Legionellosis, atau penyakit Legionnaires, adalah infeksi paru-paru serius yang disebabkan oleh bakteri Legionella pneumophila. Penyakit ini menyebar melalui inhalasi aerosol air yang terkontaminasi, seperti dari pancuran, menara pendingin, atau sistem air lainnya. Meskipun telah dikenal sejak 1976, legionellosis tetap menjadi ancaman kesehatan masyarakat global, terutama di kalangan lansia dan individu dengan sistem imun yang lemah.
Data dari PMC (PubMed Central)- The Global Burden and Trends of Legionella spp. Infection-Associated Diseases from 1990 to 2021: An Observational Study mengungkapkan bahwa terjadi penurunan kasus Legionella rentang tahun 1990-2021. Namun, sebaliknya terjadi peningkatan angka kematian dan disabilitas akibat penyakit ini pada kelompok usia >70 tahun. Pada tahun 2021, angka kematian global akibat penyakit ini mencapai 0,86 per 100.000 penduduk, dengan tingkat tertinggi berada di Afrika Sub-Sahara dan Wilayah dengan Indeks Sosiodemografik (SDI) rendah.
Di Eropa, kasus legionellosis meningkat signifikan pada tahun 2021, dilaporkan lebih dari 10.700 kasus infeksi dan kematian 704 kasus. 75% kasus dari Italia, Prancis, Spanyol dan Jerman, kelompok yang paling terdampak adalah usia 65 tahun ke atas dengan tingkat kasus 8,9 kasus per 100.000 penduduk (ECDC-report: Increased rates of Legionnaires' disease in Europe, Water News Europe). Di Amerika, wabah legionellosis terjadi di Provinsi Tucumán, Argentina, pada Agustus 2022, terdapat sebanyak 22 kasus, termasuk 6 kasus kematian (Organisasi Kesehatan Pan Amerika/PAHO pada 30 Agustus 2022).
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mengklasifikasikan Legionella sebagai Penyakit Menular Baru (New-EIDs) yang berpotensi menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Kasus pertama di Indonesia tercatat di Bali pada 1996 dan di Tangerang pada 1999. Hal ini tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1538/Menkes/SK/XI/2003. (Ministry classifies Legionella as New-EIDs with outbreak potential - ANTARA News).
Sejak tahun 2010, Indonesia mulai menerima laporan terkait kasus konfirmasi Legionellosis, meskipun saat itu belum melibatkan warga negara Indonesia (WNI). Berdasarkan data hingga Mei 2023, tercatat sebanyak 43 kasus yang dilaporkan melalui IHR NFP melibatkan warga negara asing (WNA) yang memiliki riwayat perjalanan ke Indonesia, khususnya di dua wilayah utama yaitu Bali dan Jawa Barat.
Berdasarkan Laporan Penilaian Risiko Cepat Penyakit Legionellosis di Jawa Barat Tahun 2023, pengujian infeksi legionella memakan waktu hingga 3-5 hari sampai hasil keluar karena membutuhkan waktu untuk penyaringan dan ekstraksi. Ecosains Hayati didukung dengan teknologi pengujian cepat Legionella menggunakan Primelab 2.0. Teknologi Primelab 2.0 ini cukup meyingkat waktu yang sebelumnya berhari-hari menjadi 1 jam pendeteksian.
PrimeLab 2.0 adalah alat penguji kualitas air multifungsi berbasis fotometri yang dirancang untuk memberikan hasil analisis yang presisi, cepat, dan efisien. Produk ini menjadi solusi ideal bagi berbagai sektor, mulai dari industri pengolahan air, pertanian, hingga laboratorium lingkungan. Primelab 2.0 memiliki keunggulan utama terletak pada teknologi pengukuran multi-panjang gelombang (wavelengths) yang memungkinkannya menguji lebih dari 140 parameter air hanya dengan satu perangkat.
Dengan desain yang modern berbasis layar sentuh berwarna, PrimeLab 2.0 memberikan pengalaman pengguna yang intuitif dan mudah dioperasikan. Selain itu, perangkat ini telah dilengkapi dengan konektivitas WiFi dan Bluetooth, memungkinkan integrasi data langsung ke cloud system, serta memudahkan proses pelaporan dan pemantauan hasil secara real-time melalui aplikasi berbasis web dan seluler. Primelab 2.0 tidak hanya menguji parameter Legionella, terdapat 140 pengujian kimia pada air. Pengujian Legionella menggunakan Primelab 2.0 juga tidak memakan waktu yang lama, cukup 1 jam pendeteksian, akan langsung muncul hasil kuantitas Legionella yang diuji.
Salah satu fitur unggulan PrimeLab 2.0 adalah kemampuan kalibrasinya yang canggih dan dukungan penggunaan kode QR, sehingga mengurangi risiko kesalahan pengguna dalam proses pengujian sebagai produk unggulan dari Water i.d., PrimeLab 2.0 tidak hanya menawarkan keakuratan data, tetapi juga efisiensi operasional bagi pengguna yang membutuhkan alat uji air profesional. Dengan fleksibilitas penggunaan, fitur modern, dan dukungan layanan purna jual yang kuat, Primelab 2.0 telah menjadi pilihan terpercaya di berbagai negara dalam mendukung pengelolaan air yang berkelanjutan dan berbasis data.
Peningkatan kesadaran masyarakat tentang gejala, transmisi, dan pencegahan legionellosis sangat penting. Edukasi publik, pelatihan bagi tenaga kesehatan, dan penguatan sistem pengawasan dapat membantu dalam deteksi dini dan penanganan kasus. Selain itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit ini dan mengembangkan strategi pencegahan yang efektif.
Legionellosis tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat global yang memerlukan perhatian khusus, terutama dalam konteks perubahan iklim dan urbanisasi yang cepat. Kolaborasi internasional dan pendekatan multidisiplin diperlukan untuk mengatasi penyebaran penyakit ini dan melindungi populasi yang rentan.