Kasus kanker ovarium di Indonesia terus meningkat, bahkan kini menjadi yang tertinggi keempat di dunia. Salah satu tantangan terbesar adalah sulitnya mendeteksi penyakit ini sejak dini. Di sinilah teknologi berperan penting. Salah satunya adalah alat oligo synthesizer yang digunakan untuk membuat potongan kecil DNA yang disebut oligonukleotida. Potongan DNA ini bukan untuk pengobatan, tetapi menjadi bahan utama untuk membuat alat tes, seperti tes genetik yang bisa mengetahui apakah seseorang mempunyai risiko terkena kanker ovarium. Jadi, meskipun alat ini tidak digunakan langsung untuk diagnosis, perannya sangat penting dalam menciptakan metode pemeriksaan yang lebih canggih dan cepat.
Gejala awal kanker ovarium sering kali samar dan mirip dengan keluhan sehari-hari, seperti perut terasa kembung, nyeri di bagian bawah perut, atau gangguan pencernaan. Karena tampak ringan, banyak wanita tidak menyadari bahwa gejala tersebut merupakan tanda penyakit serius. Akibatnya, sebagian besar penderita baru mengetahui dirinya terkena kanker ovarium saat sudah masuk stadium lanjut. Pada tahap ini, pengobatan menjadi lebih sulit dan risiko kematian meningkat secara signifikan. Meski pasien menjalani operasi besar dan kemoterapi, sayangnya risiko penyakit kambuh tetap tinggi, bahkan mencapai sekitar 70% dalam tiga tahun pertama setelah pengobatan.
Agar angka kematian akibat kanker ovarium bisa ditekan dan harapan hidup pasien meningkat, deteksi sejak dini sangatlah penting. Pemeriksaan seperti USG transvaginal dan tes darah CA-125 memang dapat membantu mengenali tanda awal, namun hasilnya masih belum sepenuhnya akurat untuk mendeteksi penyakit pada tahap awal. Selain itu, data dari negara-negara Asia menunjukkan bahwa faktor keturunan, seperti adanya mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, serta riwayat reproduksi juga turut meningkatkan risiko seseorang terkena kanker ovarium.
Dalam dunia riset biologi molekuler, alat seperti oligo synthesizer punya peran yang sangat penting. Alat ini digunakan untuk membuat potongan pendek DNA buatan yang disebut oligonukleotida dan bisa dirancang khusus untuk mendeteksi mutasi gen tertentu. Misalnya, mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2 yang dikenal berkaitan erat dengan kanker ovarium. Oligo sintetis ini menjadi bahan utama dalam berbagai teknik analisis genetik seperti PCR dan sekuensing yang bertujuan mengidentifikasi perubahan genetik atau gangguan mekanisme seperti homologous recombination deficiency (HRD). Dengan bantuan teknologi ini, proses deteksi risiko kanker bisa menjadi jauh lebih presisi dan cepat sehingga membuka peluang untuk penanganan yang lebih efektif.
Dengan alat oligo synthesizer milik PT Ecosains Hayati, para ilmuwan bisa merancang potongan kecil DNA yang disebut primer atau probe untuk mendeteksi mutasi gen secara tepat. Teknologi ini membuat pemeriksaan seperti tes darah menjadi lebih sensitif, bahkan mampu mengenali tanda awal kanker sebelum penyakit menyebar lebih jauh. Selain untuk deteksi dini, oligo juga sangat berguna dalam pengembangan terapi yang dibuat khusus sesuai dengan kondisi gen atau bawaan tubuh tiap orang. Pendekatan ini membuat pengobatan lebih tepat sasaran dan meningkatkan peluang kesembuhan.